Pulau Sumba
Senin, 12 Maret 2018
Pulau Sumba: Budaya Makan Sirih Pinang
Pulau Sumba: Budaya Makan Sirih Pinang: ''BUDAYA MAKAN SIRIH-PINANG PART I'' Sumber: koleksi foto penulis, suguhan saat acara perkawinan adat/masuk minta, 2...
Budaya Makan Sirih Pinang
''BUDAYA MAKAN SIRIH-PINANG PART I''
Sumber: koleksi foto penulis, suguhan saat acara perkawinan adat/masuk minta, 20 Mei 2017 |
Pulau Sumba merupakan salah satu wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang luas wilayah nya kurang lebih 11.153 Km² persegi dengan iklim yang panas dan gersang. Dibalik iklimnya yang ekstrim, Sumba menyimpan berbagai keunikan budaya dan bahasa daerah. Pulau Sumba terdiri dari 4 kabupaten yaitu Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, SUmba Barat dan Sumba Barat Daya. Keempat kabupaten ini memiliki budaya yang mirip tapi tak sama, bahkan sangat berbeda. Begitu pula dengan bahasa daerahnya, setiap kabupaten memiliki bahasa yang berbeda dan dialeg yang pastinya juga berbeda.
Salah satu budaya yang sama disetiap daerah yaitu makan sirih-pinang. Sirih-pinang selalu menjadi suguhan yang pertama dan utama ketika ada tamu, pesta adat, kematian dan perkawinan. Jika kita berada di Pulau Sumba, kita akan selalu menemukan sirih pinang yang dijual di pasar, kios-kios kecil dan harganya sekitar Rp. 10.000,- per kumpul. Hal ini menandakan bahwa sirih pinang sangat penting baik untuk keperluan acara adat dan ritual maupun sebagai cemilan persahabatan.
Dalam pergaulan sehari-hari, sirih pinang selalu dijadikan cemilan persahabatan antar teman maupun antar orang yang baru dikenal untuk mempererat hubungan. Sedangkan dalam berbagai acara-acara adat di Sumba, sirih pinang disuguhkan saat tamu pertama kali tiba. Ini melambangkan penghormatan kepada tamu tersebut. Seperti yang dilihat pada foto diatas, sirih-pinang diletakkan diatas piring lalu diserahkan ke setiap orang yang datang. Tamu harus menerima sirih pinang ini entah akan dimakan atau dibawa pulang. Selain menggunakan piring, tuan rumah juga biasanya menyodorkan kaleku atau tempat sirih pinang serta kapur sirih kepada tamu. Kaleku ini akan diedarkan kepada semua tamu yang ada. Tuan rumah yang baik harus selalu menyediakan sirih pinang. Bukan hanya dalam acara adat saja, dalam menyelesaikan persoalan juga diberikan sirih pinang sebagai tanda sudah saling memaafkan.
Demikian sekilas informasi mengenai budaya makan sirih pinang di Pulau Sumba, semoga bermanfaat.
Langganan:
Postingan (Atom)